Resensi Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye
Resensi Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye
Judul Buku : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci AnginPenulis : Tere LiyePenerbit : PT Gramedia Pustaka UtamaTahun Terbit : 2010 (Cetakan II)Jumlah Halaman : 264 halamanHarga buku : Rp.53.000,-
Buku karangan Tere Liye yang berjudul Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini memiliki tema percintaan. Novel ini mengisahkan seorang gadis yang di masa kecilnya menjadi pengamen dan hidup serba kekurangan, sampai-sampai ia dan adiknya harus putus sekolah. Ia hidup di rumah kardus yang dekat dengan tempat pembuangan sampah bersama adik laki-lakinya dan ibunya. Suatu ketika ketika ia mengamen di dalam bus bersama adiknya, tidak sengaja kakinya terluka karena tertusuk paku. Datanglah seorang pemuda yang berumur sekitar 20 tahun menolongnya. Berawal dari hal tersebut, pemuda itu dengan keluarga gadis pengamen itu semakin lama semakin dekat. Pemuda itu juga membiayai sekolah gadis yang bernama Tania itu dan adiknya. Pemuda itu juga memodali usaha ibunya Tania yang berupa toko kue. Tania sangat pintar di sekolah, bahkan ia mendapatkan beasiswa SMP, SMA, dan kuliah di Singapura. Sebelum berangkat ke Singapura, ibu Tania meninggal dunia. Sehingga, adik Tania hidup bersama pemuda tersebut sementara Tania melanjutkan belajarnya di Singapura. Karena selalu chatingan, timbulah perasaan cinta antara Tania dan Pemuda tersebut. Mereka berdua saling menyembunyikan perasaan mereka karena mereka merasa tidak layak memiliki kekasih yang usianya berjarak 14 tahun. Akhirnya pemuda tersebut memutuskan menikah dengan gadis seumurannya, meskipun gadis itu tidak dicintainya. Karena merasa tidak dianggap sebagai seorang istri, istri pemuda tersebut menceritakan kesedihannya kepada Tania yang sudah dianggap adik iparnya. Tania yang mencoba mencari solusi dari permasalahan keluarga pemuda tersebut, malah mendapatkan kenyataan bahwa pemuda tersebut sebenarnya mencintai dirinya. Terjadilak cek cok antara pemuda itu dengan Tania yang akhirnya membuat Tania memutuskan untuk hidup selamanya di Singapura dan tidak akan kembali ke Depok.
Kelebihan dari novel ini adalah kata-kata yang digunakan sangat familiar, sehingga tidak menyulitkan pembaca untuk memahami. Tokoh yang dilibatkan pun tidak terlalu banyak, sehingga masalah yang timbul pun tidak banyak. Hal ini membuat cerita lebih terfokus padan masalah pun tidak berkepanjangan. Sehingga pembaca tidak jenuh atau bosan dalam membaca ceritanya. Adanya jam, tanggal, dan hari yang disajikan di setiap awal bab membuat sajian novel lebih menarik karena berbeda dengan novel-novel pada umumnya. Judul yang digunakan pun mampu menarik seseorang untuk membacanya. Selain itu desain covernya berupa gambar daun juga sesuai dengan judul dan tidak terlalu ramai yang terkadang terkesan norak. Menurut saya kekurangan dari novel ini yaitu banyak sekali kata kata yang tercetak dalam novel ini yang penulisannya salah atau typo. Hal ini membuat pembaca terhenti dalam membacanya pada kata yang salah cetak tersebut untuk menebak kata apa yang sebenarnya dimaksud oleh penulis. Banyak juga kalimat-kalimat yang sering muncul pada novel karya Tere Liye yang lainnya, seperti: janji kehidupan yang lebih baik dan wajah menyenangkan. Judul yang digunakan pun meski menarik pembaca tetapi tidak ada hubungannya secara langsung dengan cerita dari novel tersebut. Selain itu, judul novel itu dalam cerita hanya desebut beberapa kali tanpa penjelasan yang dapat dimengerti oleh pembaca. Cerita ini juga berakhir sedikit kacau, karena masalah-masalah yang timbul saya fikir tidak diselesaikan. Seperti masalah antara pemuda itu dengan istrinya yang tidak diceritakan bagaimana kelanjutan rumah tangga mereka, apakah akan tetap seperti itu atau ada perbaikan. Kisah cinta antara pemuda itu dengan Tania pun tidak jelas akhirnya.
Menurut saya novel ini memiliki ide atau tema yang bagus, karena tema yang diangkat yaitu tentang percintaan antara dua orang yang memiliki usia yang berjarak jauh, tidak umum atau tidak banyak diangkat menjadi cerita. Sasaran pembaca pada novel ini adalah remaja, karena kisah cinta didalam novel ini dipandang dari sudut cinta seorang remaja. Novel ini tidak sesuai dengan semua umur, meskipun diawal cerita Tania masih berumur 11 tahun, tetapi karena perasaannya dengan Oom Danar membuat itu tidak bagus untuk dicontoh oleh anak dibawah umur. Sebaiknya penulis menyesuaikan antara judul dengan isi. Selain itu masalah yang diangkat seharusnya diselesaikan dengan baik agar tidak terkesan menggantung. Penulis seharusnya juga tidak menggunakan kalimat-kalimat sudah sering digunakan dalam novel-novelnya yang lain.
Judul Buku : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Penulis : Tere Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2010 (Cetakan II)
Jumlah Halaman : 264 halaman
Harga buku : Rp.53.000,-
Buku karangan Tere Liye yang berjudul Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini memiliki tema percintaan. Novel ini mengisahkan seorang gadis yang di masa kecilnya menjadi pengamen dan hidup serba kekurangan, sampai-sampai ia dan adiknya harus putus sekolah. Ia hidup di rumah kardus yang dekat dengan tempat pembuangan sampah bersama adik laki-lakinya dan ibunya. Suatu ketika ketika ia mengamen di dalam bus bersama adiknya, tidak sengaja kakinya terluka karena tertusuk paku. Datanglah seorang pemuda yang berumur sekitar 20 tahun menolongnya. Berawal dari hal tersebut, pemuda itu dengan keluarga gadis pengamen itu semakin lama semakin dekat. Pemuda itu juga membiayai sekolah gadis yang bernama Tania itu dan adiknya. Pemuda itu juga memodali usaha ibunya Tania yang berupa toko kue. Tania sangat pintar di sekolah, bahkan ia mendapatkan beasiswa SMP, SMA, dan kuliah di Singapura. Sebelum berangkat ke Singapura, ibu Tania meninggal dunia. Sehingga, adik Tania hidup bersama pemuda tersebut sementara Tania melanjutkan belajarnya di Singapura. Karena selalu chatingan, timbulah perasaan cinta antara Tania dan Pemuda tersebut. Mereka berdua saling menyembunyikan perasaan mereka karena mereka merasa tidak layak memiliki kekasih yang usianya berjarak 14 tahun. Akhirnya pemuda tersebut memutuskan menikah dengan gadis seumurannya, meskipun gadis itu tidak dicintainya. Karena merasa tidak dianggap sebagai seorang istri, istri pemuda tersebut menceritakan kesedihannya kepada Tania yang sudah dianggap adik iparnya. Tania yang mencoba mencari solusi dari permasalahan keluarga pemuda tersebut, malah mendapatkan kenyataan bahwa pemuda tersebut sebenarnya mencintai dirinya. Terjadilak cek cok antara pemuda itu dengan Tania yang akhirnya membuat Tania memutuskan untuk hidup selamanya di Singapura dan tidak akan kembali ke Depok.
Kelebihan dari novel ini adalah kata-kata yang digunakan sangat familiar, sehingga tidak menyulitkan pembaca untuk memahami. Tokoh yang dilibatkan pun tidak terlalu banyak, sehingga masalah yang timbul pun tidak banyak. Hal ini membuat cerita lebih terfokus padan masalah pun tidak berkepanjangan. Sehingga pembaca tidak jenuh atau bosan dalam membaca ceritanya. Adanya jam, tanggal, dan hari yang disajikan di setiap awal bab membuat sajian novel lebih menarik karena berbeda dengan novel-novel pada umumnya. Judul yang digunakan pun mampu menarik seseorang untuk membacanya. Selain itu desain covernya berupa gambar daun juga sesuai dengan judul dan tidak terlalu ramai yang terkadang terkesan norak.
Menurut saya kekurangan dari novel ini yaitu banyak sekali kata kata yang tercetak dalam novel ini yang penulisannya salah atau typo. Hal ini membuat pembaca terhenti dalam membacanya pada kata yang salah cetak tersebut untuk menebak kata apa yang sebenarnya dimaksud oleh penulis. Banyak juga kalimat-kalimat yang sering muncul pada novel karya Tere Liye yang lainnya, seperti: janji kehidupan yang lebih baik dan wajah menyenangkan. Judul yang digunakan pun meski menarik pembaca tetapi tidak ada hubungannya secara langsung dengan cerita dari novel tersebut. Selain itu, judul novel itu dalam cerita hanya desebut beberapa kali tanpa penjelasan yang dapat dimengerti oleh pembaca. Cerita ini juga berakhir sedikit kacau, karena masalah-masalah yang timbul saya fikir tidak diselesaikan. Seperti masalah antara pemuda itu dengan istrinya yang tidak diceritakan bagaimana kelanjutan rumah tangga mereka, apakah akan tetap seperti itu atau ada perbaikan. Kisah cinta antara pemuda itu dengan Tania pun tidak jelas akhirnya.
Menurut saya novel ini memiliki ide atau tema yang bagus, karena tema yang diangkat yaitu tentang percintaan antara dua orang yang memiliki usia yang berjarak jauh, tidak umum atau tidak banyak diangkat menjadi cerita. Sasaran pembaca pada novel ini adalah remaja, karena kisah cinta didalam novel ini dipandang dari sudut cinta seorang remaja. Novel ini tidak sesuai dengan semua umur, meskipun diawal cerita Tania masih berumur 11 tahun, tetapi karena perasaannya dengan Oom Danar membuat itu tidak bagus untuk dicontoh oleh anak dibawah umur. Sebaiknya penulis menyesuaikan antara judul dengan isi. Selain itu masalah yang diangkat seharusnya diselesaikan dengan baik agar tidak terkesan menggantung. Penulis seharusnya juga tidak menggunakan kalimat-kalimat sudah sering digunakan dalam novel-novelnya yang lain.
Menurut saya novel ini memiliki ide atau tema yang bagus, karena tema yang diangkat yaitu tentang percintaan antara dua orang yang memiliki usia yang berjarak jauh, tidak umum atau tidak banyak diangkat menjadi cerita. Sasaran pembaca pada novel ini adalah remaja, karena kisah cinta didalam novel ini dipandang dari sudut cinta seorang remaja. Novel ini tidak sesuai dengan semua umur, meskipun diawal cerita Tania masih berumur 11 tahun, tetapi karena perasaannya dengan Oom Danar membuat itu tidak bagus untuk dicontoh oleh anak dibawah umur. Sebaiknya penulis menyesuaikan antara judul dengan isi. Selain itu masalah yang diangkat seharusnya diselesaikan dengan baik agar tidak terkesan menggantung. Penulis seharusnya juga tidak menggunakan kalimat-kalimat sudah sering digunakan dalam novel-novelnya yang lain.
Komentar